Monday, July 01, 2002
A love odyssey 1
1. Prolog
How do I know when it’s love? I can’t tell you but it lasts forever.
How does it feel when it’s love? It’s just something together… (van Halen)
Aku mencari di buku-buku filsafat, mengapa orang jatuh cinta dan mengapa orang harus jatuh cinta.
Ku buka chapter mengenai Plato. Kata Plato, di belakang semua yang terjadi di alam materi ini, ada sebuah ‘ide’. Ide itu milik siapapun yang menciptakan dunia dan isinya. Ide itulah yang menjadikan dunia seperti ini. Dan siapapun si pencipta itu, ia pasti menciptakan dunia beserta isinya dengan sebuah maksud. “Tuhan (nama bagi si pencipta menurut orang-orang beriman) tidak bermain dadu dengan alam semesta,” kata Einstein.
Fakta bahwa cinta adalah sesuatu yang eksis membawaku pada kesimpulan rasional: cinta ada karena si pencipta menghendaki manusia (ciptaannya) saling jatuh cinta. Cinta adalah konsekuensi logis (rasional) bagi manusia, karena cinta adalah bagian dari ‘grand design’ si pencipta atas ciptaannya. Maka manusia dan cinta, semua ada karena grand design tersebut. Dan karena tidak ada makhluk yang eksis selain karena dikehendaki, maka sekarang aku memproklamirkan, “I love, therefore I am… Aku mencintai, maka aku ada…!”
Tapi di chapter selanjutnya, Aristoteles mengatakan bahwa bukan rasionalitas yang membuat manusia sadar akan eksistensi cinta. Ia memang tidak menolak kalau dunia ini ada karena ide si pencipta. Tapi segera setelah manusia tercipta sebagai materi (fisik), manusia tidak lagi tahu apa sesungguhnya ide besar tersebut. Sebaliknya, kata Aristoteles, manusia mengonstruksi konsep-konsep, ide-ide atau gagasan mengenai dunia ini melalui indra dan perasaan (sense).
Demikian juga pendapatnya mengenai konsepsi atas cinta. Kata Aristoteles, cinta ada di antara manusia melalui pengalaman empiris. Baik secara fisik (melihat, menyentuh, mencium), maupun secara perasaan (membutuhkan, melindungi). Dari pengalaman empiris itulah manusia membangun gagasan mengenai cinta.
Mana yang benar jadinya? Tak tahulah. Seorang Platonis-rasionalistis akan mengatakan pada kekasihnya, “I knew I loved you before I met you..” (Savage Garden). Tapi seorang Arisotelian-empirisis akan mengatakan, “I’ve never known love until I met you…”
#ari
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment