Tuesday, October 17, 2006

satu hari di jakarta

Aku membuka mata, mendengar bel roti, mendengar musik bayi yang menghipnotis, mencium aroma pagi yang berkeringat. Melakukan rutinitas di pagi hari tanpa mau berkompromi dengan terang. Tidak lupa menelan butir putih itu tapi tetap saja lambung membandel.

Saat membuka pagar, saat aku harus bercinta dengan terang dan dengan hari. Selanjutnya adalah pergulatan semu tentang kemacetan yang tidak kunjung usai. Mendengarkan radio yang itu-itu saja. Mencoba menggantinya adalah sebuah kesia-siaan bagi rasa yang sudah terkungkung ini.

Ketika laci dibuka, satu persatu perangkat masa kini dipasang. Berharap paling tidak satu bunyi membawa senyum. Menera lega untuk beberapa jam ke depan. Sejauh mata memandang dalam ruang empat kali empat, kudapati lukisan hijau itu. Sebuah utopia kehidupan di mataku.

Jakarta tidak pernah diam. Jakarta selalu mengusik. Jakarta adalah kenyataan.

juli

No comments: